Pernikahan Bahagia

Artikel ini dikutip dari:
Samaggi Phala: Hidup Bahagia dalam Ikatan Pernikahan






Hidup Bahagia dalam Ikatan Pernikahan

Oleh: Yang Mulia Kirinde Sri Dhammananda



Dalam suatu pernikahan, baik suami maupun istri harus lebih memikirkan hubungan itu daripada kepentingan masing-masing. Hubungan ini merupakan pertalian dua kepentingan, dan pengorbanan harus dilakukan demi kebaikan kedua belah pihak. Dengan saling mengerti dan saling peduli maka rasa aman dan bahagia dalam pernikahan bisa tercapai.

Tidak ada jalan pintas untuk menuju pernikahan yang bahagia. Tidak juga dua insan bisa hidup bersama dalam hubungan emosional yang mesra untuk jangka waktu yang lama tanpa mengalami kesalahpahaman atau perselisihan dari waktu ke waktu. Pengertian dan toleransi dibutuhkan untuk mengatasi perasaan cemburu, marah, dan curiga. Pemikiran bahwa seseorang tidak perlu memiliki sikap memberi dan menerima adalah sama saja dengan menganggap bahwa cinta dalam pernikahan muncul begitu saja tanpa adanya pengorbanan.


Membangun Pernikahan yang Bahagia

Keberhasilan dalam pernikahan lebih didasarkan pada keserasian daripada sekadar mencari pasangan yang tepat. Kedua belah pihak harus berusaha menjadi orang yang tepat dengan bersikap saling menghormati, saling mencintai, dan saling memperhatikan satu sama lain. Cinta adalah suatu perasaan mendalam dan suatu pencapaian yang timbul dari perkembangan bersama yang positif yang dihasilkan bersama dengan orang lain dan demi orang lain tersebut. Dalam pernikahan yang berhasil, setiap pasangan tidak boleh selalu memaksakan kehendaknya. Ini mengingatkan kita pada sebuah pepatah yang lucu, "Laki-laki punya maunya, perempuan punya caranya". Cuma ada satu jalan untuk ditempuh bersama, jalan itu mungkin tidak rata, berlubang dan kadang-kadang sulit, tapi selalu merupakan "jalan bersama."

Pernikahan yang bahagia bukanlah pernikahan yang dijalani dengan mata tertutup. Kita melihat kekurangan dan juga kelebihan, dan kita harus menerima kenyataan bahwa tidak ada yang sempurna. Seorang suami dan istri harus belajar berbagi kebahagiaan dan derita dalam kehidupan mereka sehari-hari. Saling mengerti adalah resep rahasia pernikahan yang bahagia. Pernikahan adalah berkah, tapi sayangnya, banyak orang yang menjalaninya sebagai hal yang berlawanan akibat kurangnya komunikasi yang benar dan pengertian.

Kebanyakan masalah pernikahan timbul karena keengganan dari salah satu pasangan untuk berkompromi dan bersabar. Aturan utama untuk mencegah masalah kecil menjadi masalah besar adalah dengan bersikap sabar, toleran, dan pengertian. Manusia itu emosional, dan karenanya mudah tersinggung dan marah. Suami istri harus berusaha sebisa mungkin untuk tidak marah pada saat bersamaan. Ini adalah hal yang sangat penting untuk terciptanya pernikahan yang bahagia. Jika kedua belah pihak tidak marah pada saat yang sama, masalah bisa dengan mudah diselesaikan dengan menggunakan semangat luhur dari kesabaran, toleransi, dan pengertian.

Suami harus memperlakukan istrinya dengan hormat, penuh pengertian, dan timbang rasa, dan bukannya sebagai pembantu ataupun boneka. Meskipun seorang suami dianggap sebagai pencari nafkah keluarga, adalah juga tugas suami untuk membantu istri dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga pada saat dia senggang. Seorang istri, sebaliknya, janganlah selalu menggerutu pada suaminya untuk hal-hal yang sepele. Jika suami sungguh-sungguh melakukan suatu kesalahan yang berarti, sang istri harus mencoba berbicara dengannya dan mengoreksinya dengan cara yang halus. Setiap pihak harus berusaha mentoleransi dan menangani setiap masalah tanpa mengganggu pasangannya, termasuk masalah yang menyangkut karir mereka. Jika ada timbul rasa cemburu, ia harus berusaha mengendalikan rasa curiganya terhadap gerak-gerik pasangannya, karena kecurigaan tersebut belum tentu benar. Dalam ajaran Buddha, saling menghormati dan saling percaya sangatlah penting bagi terwujudnya persekutuan yang bahagia.


Jadilah Diplomatis

Ada sebuah cerita tentang seorang wanita yang gampang naik darah dan selalu membentak suaminya hanya karena kesalahan kecil dengan mengatakan, "Kamu idiot tolol!" Sang suami sangat toleran dan tetap diam ketika dia dibentak. Pada suatu hari ketika istrinya membentaknya, "Kamu itu idiot yang tolol", sang suami berkata: "Saya pikir kamu benar. Jika saya tidak idiot tolol, kamu pikir saya akan menikahi seorang perempuan sepertimu?" Mulai hari itu dan seterusnya, istrinya tidak pernah menggunakan kata-kata itu lagi.


Seks Dalam Pernikahan

Seks mesti diletakkan pada tempat yang tepat dalam sebuah pernikahan. Seperti api, seks adalah pelayan yang baik tetapi tuan yang buruk. Seks seharusnya tidak diumbar secara berlebihan ataupun terlalu dikekang. Nafsu seks, seperti emosi yang lain, harus dikendalikan dengan nalar. Walaupun seks merupakan salah satu hal faktor penting dalam kebahagiaan pasangan-pasangan yang telah menikah, perlu disadari bahwa orang bisa berbahagia tanpa menempatkan seks sebagai hal yang paling utama. Sebaliknya, orang bisa saja menikmati seks dan tetap tidak bahagia. Cinta sejati tidak hanya mengenai fisik; tetapi ia adalah persekutuan spiritual, pertemuan antarpikiran. Seks lebih dari sekadar pemuasan nafsu. Seks merupakan dasar bagi hubungan jangka panjang yang mesra. Dari masa ke masa, cinta dan sikap saling menghormati telah terbukti menjadi landasan bagi kemesraan antara jenis kelamin yang berbeda. Dr. Helen Kaplan dari Cornell Medical Centre menyatakan bahwa tanpa adanya kemesraan tidak akan ada cinta sejati. Definisi yang dikemukakannya mengenai kemesraan adalah berbagi perasaan, bukan informasi. Pasangan yang tidak mesra akan cenderung untuk berbicara hanya pada subjek sehari-hari seperti cuaca, acara TV terbaru atau apa yang dimakan nanti malam. Mereka tidak pernah berusaha mencari tahu perasaan pasangannya yang sebenarnya.

Pasangan suami istri harus berusaha sebisa mungkin untuk mengembangkan nilai-nilai yang tidak lapuk oleh waktu seperti kasih sayang, kesetiaan, dan kesusilaan. Pertumbuhan sejati hanya bisa muncul melalui pengembangan nilai-nilai ini. Tidak ada yang bisa menghindarkan diri dari hukum alam sebab akibat ini. Harapan bagi pertumbuhan pribadi dan keharmonisan masyarakat terletak pada pengakuan terhadap hukum ini, bukannya menyerah kepada naluri kebinatangan yang malah hanya mendatangkan penderitaan bagi orang yang benar-benar kita cintai.


Pernikahan yang Bahagia
Sang Buddha berkata bahwa pernikahan antara suami jahat dan istri jahat adalah seperti vampir yang bersanding dengan vampir yang lain. Pernikahan antara suami jahat dan istri yang baik adalah seperti vampir bersanding dengan bidadari. Pernikahan antara suami yang baik dengan istri jahat adalah seperti malaikat bersanding dengan vampir. Pernikahan antara suami yang baik dengan istri yang baik adalah seperti malaikat bersanding dengan bidadari. Montaigne membuat lelucon tentang pernikahan, "Pernikahan ideal berlangsung antara seorang perempuan buta dengan seorang laki-laki bisu."

Menurut agama tertentu, laki-laki boleh menikahi lebih dari satu istri (poligami), sementara agama lain bersikeras mengharuskan pernikahan antara satu suami dengan satu istri (monogami). Dalam agama Buddha sendiri, pernikahan adalah soal pilihan pribadi dan setiap orang adalah subjek hukum yang berlaku di negara ia tinggal. Bahkan di negara-negara yang memperbolehkan poligami, ada cukup banyak bukti bahwa laki-laki yang memiliki istri lebih dari satu hanya mengundang lebih banyak masalah dan beban dalam hidupnya. Karena kebanyakan dari kita sudah punya cukup banyak masalah hidup, mengapa masih mencari lagi yang lain?


Lelaki Beristri Dua
Tersebutlah seorang laki-laki tua yang tidak puas dengan istri yang telah dinikahinya selama bertahun-tahun. Ia memutuskan untuk mengambil istri kedua, yang tentu saja menarik dan cantik. Namun istri kedua kelihatannya agak malu terlihat bersama-sama suaminya yang sudah tua. Jadi untuk membuatnya tampak lebih muda, ia mencabuti semua uban di kepala suaminya. Ketika istri pertama melihat hal ini, ia pun tidak mau kalah mencabuti rambut hitam suaminya agar suaminya kelihatan tua. Persaingan antara kedua perempuan itu berlangsung terus, hingga akhirnya suami mereka benar-benar plontos.

Jika pasangan Anda menganggap penting hari ulang tahun dan hari-hari peringatan lainnya, Anda harus mengingat hari-hari penting tersebut. Perbuatan kecil penuh perhatian seperti ini menunjukkan kepada orang yang Anda cintai bahwa Anda memperhatikannya, bahwa Anda hendak menyenangkannya, bahwa kebahagiaan dan kesejahteraannya sangat penting dan berarti bagi Anda. Pasangan Anda akan sungguh menghargai perbuatan kecil penuh perhatian seperti ini, dan perhatian seumur hidup inilah yang membuat rumah tangga tetap hangat. Perbuatan kecil penuh cinta ini adalah dasar dari pernikahan yang bahagia.

Suami istri masa kini bisa mengatur ukuran rumah tangga mereka dengan mengikuti program keluarga berencana. Pasangan yang bijak merencanakan keluarga mereka sesuai dengan pendapatan dan kemampuan mereka. Tidak ada alasan bagi umat Buddha untuk menentang keluarga berencana dan praktik pengendalian kelahiran melalui pencegahan pembuahan sel telur. Namun, begitu embrio terbentuk ia mesti dibiarkan hidup terus. Ajaran Buddha tidak mendukung perbuatan aborsi yang jelas merupakan tindakan pembunuhan.


Sumber: How to Develop Happiness in Daily Living
Penerbit: Bodhi Buddhist Centre Indonesia, Medan